Unraveling fake news in Malaysia: A comprehensive analysis from legal and journalistic perspective

Abstract

The impact of fake news in Malaysia is vast and complex, posing threats to democratic processes and social cohesion. However, fake news research often relies on Western definitions, contributing to a lack of understanding within the Malaysian context. The introduction of the Malaysia Anti-Fake News Act in 2018, which encompasses all types of information and ideas, have also left confusion regarding the definition of fake news. This research aims to serve as a guide, starting from how “fake news” is defined in the country and then addressing potential issues associated with constituting the term from both legal and journalists’ perspectives. Utilizing quantitative content analysis and qualitative interviews, the research reveals challenges in combatting fake news in a semi-authoritarian context. Balancing media freedom and regulation is challenging, and distinguishing between sensational and fake news is complicated by subjective interpretations. While enhancing professionalism in journalism is crucial, the utmost importance lies in establishing transparent governance. This is because establishing trust in government-owned new media is key to encouraging reliance on credible sources. This research assists in providing a clearer understanding of the underlying problems related to fake news dissemination in the country and suggests possible long-term solutions to curb its impact.

Abstrakt
Sorotan berita palsu di Malaysia merupakan isu yang kian meningkat dengan impak yang luas dan kompleks, menggugat proses demokrasi dan keharmonian sosial. Walau bagaimanapun, penyelidikan mengenai fenomena berita palsu ini sering bergantung pada konsep Barat, menyebabkan kekurangan pemahaman dalam konteks tempatan. Pengenalan Akta Anti-Berita Tidak Benar Malaysia pada tahun 2018 yang meliputi semua jenis maklumat dan idea juga menimbulkan kekeliruan mengenai definisi berita palsu. Penyelidikan ini bertujuan untuk membimbing dengan mendefinisikan “berita palsu” di Malaysia dan membincangkan isu-isu berkaitan dari perspektif undang-undang dan kewartawanan. Dengan menggunakan analisis kandungan kuantitatif dan wawancara kualitatif, penyelidikan ini mendedahkan cabaran dalam memerangi berita palsu dalam konteks semi-autoritarian. Memperjuangkan keseimbangan antara kebebasan media dan perundangan, serta membezakan antara berita sensasi dan berita palsu, menjadi rumit oleh tafsiran subjektif. Walaupun peningkatan profesionalisme dalam kewartawanan adalah penting, keutamaan utama adalah mewujudkan tadbir urus yang telus. Ini kerana membangunkan kepercayaan terhadap media yang dimiliki kerajaan adalah kunci untuk menggalakkan kebergantungan kepada sumber yang boleh dipercayai. Penyelidikan ini menyumbang kepada pemahaman yang lebih jelas tentang masalah penyebaran berita palsu di Malaysia dan mencadangkan penyelesaian jangka panjang untuk meredakan kesannya.